Thursday, February 11, 2010

‡ Sacrifice? ‡


Telah dua bulan musim hujan berlalu sehingga di mana-mana pepohonan nampak menghijau.
Kelihatan seekor ulat di antara dedaun menghijau yang bergoyang-goyang diterpa angin.

"Apa kabar, daun hijau?" katanya.

Tersentak daun hijau menoleh ke arah suara yang datang.

"Oh, kamu, ulat. Badanmu kelihatan kurus dan kecil.
Mengapa?" tanya daun hijau.

"Aku hampir tidak mendapatkan dedaunan untuk makananku.
Bolehkah engkau membantuku, sahabat?" kata ulat kecil.

"Tentu, tentu.
Mendekatlah kemari."
Daun hijau berfikir,
"Jika aku memberikan sedikit dari tubuhku ini untuk makanan si ulat, aku akan tetap hijau.
Hanya saja aku akan kelihatan berlubang-lubang.
Tapi tak apalah."

Perlahan-lahan ulat menggerakkan tubuhnya menuju daun hijau.
Setelah makan dengan kenyang ulat berterima kasih kepada daun hijau yang telah merelakan bagian tubuhnya menjadi makanan si ulat.

Ketika ulat mengucapkan terima kasih kepada sahabat yang penuh kasih dan pengorbanan itu, ada rasa puas di dalam diri daun hijau.
Sekalipun tubuhnya kini berlubang di sana-sini namun ia bahagia dapat melakukan sesuatu bagi ulat kecil yang lapar.

Tidak lama berselang ketika musim panas datang daun hijau menjadi kering dan berubah warna.
Akhirnya ia jatuh ke tanah, disapu orang dan dibakar.


Apa moral dari cerita ini?

Merelakan kesenangan dan kepentingan diri sendiri bagi sesama memang tidak mudah,
tetapi indah.
Ketika berkorban diri kita sendiri menjadi seperti daun hijau yang berlubang namun itu sebenarnya tidak mempengaruhi hidup kita,
kita akan tetap hijau,
Tuhan akan tetap memberkati dan memelihara kita.

Bagi daun hijau, berkorban merupakan sesuatu perkara yang mengesankan dan terasa indah serta memuaskan.
Dia bahagia melihat sesamanya dapat tersenyum karena pengorbanan yang ia lakukan.
Ia juga melakukannya karena menyadari bahwa ia tidak akan selamanya tinggal sebagai daun hijau.
Suatu hari ia akan kering dan jatuh.

Demikianlah kehidupan kita.
Hidup ini hanya sementara, kemudian kita akan mati.

Itu sebabnya isilah hidup ini dengan perbuatan-perbuatan baik, kasih, pengorbanan, pengertian, kesetiaan, kesabaran dan kerendahan hati.

Jadikanlah berkorban itu sebagai sesuatu yang menyenangkan dan membawa sukacita tersendiri bagi Anda.
Kita dapat berkorban dalam banyak perkara.
Mendahulukan kepentingan sesama,
melakukan sesuatu bagi mereka,
memberikan apa yang kita punyai,
dan masih banyak lagi pengorbanan yang dapat kita lakukan.


Yang mana yang sering kita lakukan?
Menjadi ulat kecil yang menerima kebaikan orang
atau
menjadi daun hijau yang senang memberi?

__________

Bacaan di atas dah dilengkapi dengan opininya sendiri ya;
dikutip dari Lautan Indonesia. :D


Yah, apa yang dah diutarakan di atas dah mewakili pikiran gw lah.
Makanya gw cuman berpendapat singkat deh. Hehe.


Kehidupan manusia diisi dengan berbagai hal.
Ada yang menjalaninya dengan biasa,
dengan mensyukuri setiap hal yang ada,
atau dengan menyesali hal yang ia hadapi.

Pengorbanan terkadang menjadi batasan pemikiran untung dan rugi seseorang;
padahal pengorbanan yang sesungguhnya berarti kita tidak memikirkan pamrih atau balasan yang akan kita dapat.

Dengan tulus melakukan sesuatu demi kebahagiaan orang lain.
Kalian boleh bilang gw naif,
tapi ketika gw ngelakuin sesuatu dan orang lain senyum sambil bilang, "Thanks" ke gw,
it feels sooo nice! :D


How about you then? :)



+Lyrics of the day+
And it's no sacrifice
Just a simple word
It's two hearts living
In two separate worlds
But it's no sacrifice
No sacrifice
It's no sacrifice at all
(Sacrifice by Elton John)

0 issues: