Sunday, May 24, 2009

‡ A Gift For Two ‡


Hari itu hari yang indah untuk berjalan-jalan di Portland.
Kami adalah sekelompok konselor yang sedang libur,
jauh dari orang-orang yang berkemah,
berjalan-jalan untuk santai.
Cuacanya bagus untuk piknik,
jadi saat makan siang tiba, kami menuju sebuah taman kecil di kota.
Karena kami semua ingin makanan yang berbeda, kami memutuskan untuk berpisah,
membeli makanan yang diinginkan,
dan kemudian bertemu kembali di lapangan rumput.

Waktu temanku, Robby, menuju penjual hot dog, aku memutuskan menemaninya.
Kami memandang si penjual membuat hot dog yang enak, persis yang diinginkan Robby.
Tapi saat temanku mengeluarkan uang untuk membayar, si penjual mengejutkan kami.

"Tampaknya hot dog ini sudah kurang hangat," katanya,
"jadi tak usah dibayar. Biar gratis saja."

Kami mengucapkan terima kasih, bergabung dengan teman-teman di taman, dan mulai makan.
Tapi saat kami mengobrol dan makan, perhatianku terpecah ke seorang lelaki yang duduk sendirian di dekat situ, memandangi kami.
Kelihatan ia sudah berhari-hari tak mandi.
Gelandangan lagi, pikirku, sama seperti gelandangan lain di kota-kota.
Aku tak memperhatikannya lagi.

Kami selesai makan dan memutuskan melanjutkan berjalan-jalan.
Tapi waktu aku dan Robby hendak membuang sampah,
aku mendengar suara yang cukup keras bertanya,
"Kotak makanan itu masih ada isinya tidak?"

Rupanya lelaki yang memandangi kami tadi.
Aku tak tahu harus berkata apa.
"Tidak, semuanya sudah dimakan."

"Oh," cuma itu jawabannya, tanpa ada rasa malu dalam suaranya.
Terlihat jelas ia sedang lapar, dan tak tahan melihat makanan dibuang,
dan ia sudah biasa menanyakan pertanyaan itu.

Aku kasihan kepada lelaki itu tetapi aku tak tahu harus berbuat apa.
Saat itulah Robby berkata,
"Tunggu di sini, aku pergi sebentar,"
lalu pergi.
Aku memandang dengan rasa ingin tahu sementara ia menyeberang ke penjual hot dog.
Lalu aku menyadari apa yang dilakukannya.
Ia membeli sebuah hot dog,
menyeberang kembali ke tempat sampah,
lalu memberikan makanan itu pada si lelaki yang lapar.

Waktu ia kembali bergabung,
Robby hanya berkata,
"Aku hanya meneruskan kebaikan yang diberikan padaku."

Hari itu aku belajar bagaimana kemurahan hati tidak berhenti pada orang yang kau beri.
Dengan memberi, kau mengajar orang lain untuk memberi juga.

(Andrea Hensley)

__________

Dikutip dari Chicken Soup for the Teenage Soul,
kisah ini gw pilih buat hari ini...

Wanna say "Happy Birthday" to myself.
Hope I can be better and better...
:)

Semoga, seperti cerita yang ada, gw bisa meneruskan kebaikan yang gw terima dari orang lain.
Semoga gw mampu menjadi lebih dewasa dan mengontrol emosi gw. :)

Kehidupan gw masih panjang,
perjalanan gw juga masih harus gw jalani dengan semangat.
Jadi gw tetap harus percaya dengan diri gw sendiri dan memberi yang terbaik.

Ingatlah bahwa kebaikan tidak terhenti pada diri yang menerima;
kebaikan itu tidak ada akhirnya jika kembali kau teruskan kepada orang lain. :D

0 issues: