Wednesday, January 14, 2009

‡ One Dollar ‡


Betapa memalukannya.
Beberapa saat menuju pintu tol di jembatan Verrazano-Narrows di Staten Island, New York,
Morris Benun baru saja merogoh-rogoh sakunya,
mencari dompetnya ketika ia sadar bahwa dompetnya tidak ada.

Ketika barisan panjang mobil pelan-pelan mengarah ke pintu tol,
Morris memeriksa dasbor, kursi mobil, lantai di bawah kursinya.
Tidak ada.

Bagaimana ia akan membayar uang tol dan pulang ke rumah?

Dengan deg-degan, ia memerhatikan mobil-mobil yang antre di sepanjang pintu tol dalam antrean yang tak pernah selesai,
Morris mencari sesosok wajah yang dikenalnya.

Ia amat beruntung.

Duduk di mobil beberapa baris jauhnya,
ada seseorang yang Morris kenal:
David Mamiye.

Morris memarkir mobilnya,
berlari menyeberang jalur yang memisahkannya dari David,
dan dengan cepat menceritakan masalahnya,
dan David segera meraih dompetnya dengan murah hati.

Ia mengambil uang dan memberikannya ke Morris dengan senyum ceria dan keramahan yang tulus.

"Senang bisa membantu Anda,
katanya kepada Morris.

"Terima kasih.
Lain kali waktu aku berjumpa denganmu,
aku akan memgembalikannya,"
kata Morris sambil berlari kembali ke mobilnya.

"Lupakan saja!" teriak David.
"Cuma $1 kok!"

Dua belas tahun kemudian,
Morris pulang dari Rumah Sakit Mount Sinai di Manhattan.
Ia baru saja menengok istrinya yang baru saja melahirkan.

Ketika menghampiri mobilnya,
ia menyeringai melihat bahwa ia baru saja terhindar dari ditilang oleh petuhas dinas perhubungan yang mengeluarkan surat tilang bagi mobil-mobil yang meteran parkirnya sudah melenihi waktu yang ditetapkan.

Morris mencuri pandang pada mobil yang diparkir di belakangnya dan melihat mobil itu telah melampaui waktu yang tertera di meteran.
Ia memerhatikan petugas itu mendekat.

Betapa kasihannya orang ini harus membayar $50, pikirnya.

Ia terdorong untuk mengambil uang recehan dari sakunya dan memasukkannya ke dalam meteran mobil,
tepat di saat si petugas menghampiri mobil itu.

Pada saat yang sama,
pemilik mobil yang tidak diketahui itu juga sedang menuju tempat itu dan melihat semua peristiwa itu dengan mata kepalanya sendiri:
petugas yang cepat-cepat mendatangi dan pergi dan aksi pencegahan yang dilakukan Morris ketika recehan itu meluncur masuk ke meteran.

"Hei, teirma kasih banyak!"
kata David Mamiye yang sudah 12 tahun tidak bertemu dengan Morris.

Mereka saling menyapa dengan penuh keterkejutan.

David juga baru kembali dari kunjungannya ke Mount Sinai.
Istrinya juga baru saja melahirkan di sana.

Mereka saling tersenyum,
mengingat uang sedolar di Jembatan Verrazano-Narrows,
uang yang belum sempat dikembalikan oleh Morris.

Sampai sekarang.

"Hei, satu perbuatan baik layak dibalas dengan kebaikan pula!"
teriak Morris gembira,
sesaat kemudian ia menyalami David,
dan pergi meneruskan perjalanan.

__________

Kisah kali ini gw ambil dari Gifts from the heart of Love & Friendship.

Pertama-tama marilah gw tegaskan,
gk berarti lo harus meminjamkan uang dengan mudahnya ke setiap orang yang meminta ke elo,
bisa2 entar lo ditipu dan kisah ini yang disalahkan. Haha.

Bacalah sebuah kisah dengan menyaring makna yang ada secara baik dan benar.

Dari kisah ini,
gw menyatakan bahwa memang ada kalanya kita tidak mau membantu seseorang yang kita kenal walaupun hanya bantuan kecil.

Entah dengan ribuan alasan yang ada,
kita mengelak dari kemampuan kita membantu orang lain,
dan akhirnya cuman merasa kasihan dengan kesulitan yang dialami orang lain.

Kenapa kita tidak membantu orang lain kala kita bisa?
Bantuan mudah yang menurut kita sepele tapi mungkin bisa sangat berarti bagi mereka.


+Lyrics of the day+
See the birds as they fly away
Making htings for another day
And the hearts of the lonely ones
Found in you they can trust
There goes the light again
But the light you saved
Left them dim
And they will never forget the love
That you shared with it

Do little things today, do little things to do
Do little things 'cause I know what it means to you
(Do Little Things by Changing Faces)

0 issues: