Ministry of Zero

#8. Mengubah prioritasnya, bukannya memberi dukungan terhadap keyakinannya:
"Kau tidak perlu..."
atau "Tidak penting melakukan..."
Anda bisa mengatakan, "Aku mengerti mengapa itu penting untukmu."

#9. Meminimalisir perasaannya, bukannya tidak mengatakan apa-apa dan sekedar mendengarkan saja:
"Kau tidak boleh terlalu marah,"
atau "Seharusnya itu tidak dibesar-besarkan."
Tanpa sadar sebenarnya Anda membesar-besarkan apa yang dibesar-besarkannya itu.
Pahami saja perasaanya dengan mengatakan:
"Aku mengerti kau kesal sekali..."

#10. Mengabaikan perasaannya seraya mengakhiri percakapan:
"Aku tahu, kau ingin..."
atau "Bisakah sekarang kita hentikan?"
Sebaliknya Anda bisa mengatakan,
"Kurasa aku mengerti. Yang kau maksud adalah... Betul kan?"

#11. Tidak mau kalah.
Apapun yang dia katakan, selalu ada balasan:
"Jadi sekali lagi, segalanya harus sesuai keinginanmu."
Akan lebih produktif kalau merefleksikan apa yang dikatakan pasangan kepada Anda:
"Aku mengerti kau ingin..."

#12. Berbalasan.
Kalau pasangan mengeluh, Anda membalas dengan lebih banyak keluhan tentang dia,
dengan sikap seolah pasangan Andalah yang banyak keluhan:
"Memang betul, tapi..."
atau "Itu belum apa-apa, ingat waktu kau..."
Sebaiknya pahami apa yang dia katakan:
"Dalam hal ini, aku mengerti kenapa kau marah."

#13. Menyerah terhadap kemauan pasangan dengan sikap seakan dia berlebihan atau banyak menuntut atau sekadar membuatnya kelihatan jahat.
"Baiklah, aku akan lakukan sesuai caramu."
Setelah mencapai suatu solusi, seharusnya Anda menerimanya,
"Aku setuju kita akan..."

#14. Memilih mengancam daripada mengungkapkan preferensi.
"Barangkali kita bercerai saja kalau kau terus bersikap seperti ini."
Sebaliknya, Anda dapat mengekspresikan preferensi Anda:
"Hal ini benar-benar perlu bagiku. Aku ingin..."